Legacy Fest 2025: Semangat Muda, Lapangan yang Penuh Cerita

Legacy Fest 2025: Semangat Muda, Lapangan yang Penuh Cerita

Daerah
Spread the love

PALI — Sabtu pagi, Lapangan Futsal Mire di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) berubah menjadi lautan semangat. Ratusan pelajar dan mahasiswa, sebagian datang berkelompok, sebagian lagi menyandang tas berisi sepatu dan air mineral, berkumpul dengan satu tujuan: bertanding di Legacy Fest 2025.

Tak ada tribun megah, hanya deretan bangku plastik di pinggir lapangan, tempat teman-teman duduk sambil bersorak. Di sudut lain, spanduk bertuliskan “Legacy Fest 2025 – HIMAPALI UNSRI” terbentang, menjadi latar swafoto para peserta yang, di luar lapangan, tak jarang saling bertukar cerita perkuliahan.

Bagi M. Husen Al-Hadad, Ketua Panitia Pelaksana, ini bukan sekadar turnamen futsal. Ia menyebutnya sebagai “panggung kecil” bagi generasi muda PALI untuk merayakan kreativitas, merawat silaturahmi, dan membuktikan bahwa kompetisi sehat masih punya ruang di tengah rutinitas kampus.

Tawar Menawar Gagal, PSK di Batam Ditikam Calon Pelanggan Pakai Gunting

“Kami ingin menunjukkan bahwa belajar tidak selalu di ruang kelas. Di sini, di lapangan, anak-anak muda bisa belajar kerja sama, strategi, sportivitas, dan saling menghargai,” kata Husen, di sela kerumunan peserta.

Sebanyak 200 peserta dari berbagai sekolah dan universitas membentuk puluhan tim. Dari pagi hingga sore, mereka bertanding di antara teriakan dukungan dan tepuk tangan penonton. Tidak ada bintang lapangan yang mutlak—semua punya kesempatan yang sama untuk mencuri perhatian lewat tendangan akurat, operan tak terduga, atau selebrasi kecil di garis gawang.

Di luar lapangan, suasana tak kalah ramai. Warung kopi dadakan berdiri di dekat gerbang. Beberapa orang tua dan warga sekitar datang, menonton anak-anak mereka bertanding. Tak sedikit yang memanfaatkan momen ini untuk saling sapa, berbagi kabar kampung, dan melepas rindu.

Hujan kecil sempat turun menjelang sore. Namun peluit wasit tetap ditiup, laga tetap berjalan. Basahnya sepatu tidak menyurutkan langkah mereka. Justru menambah cerita—tentang semangat yang tidak mudah padam meski cuaca berubah.

Legacy Fest 2025 bukan kali pertama digelar HIMAPALI UNSRI, tapi edisi tahun ini terasa lebih istimewa. Di tengah dinamika dunia kampus, rutinitas perkuliahan, dan ragam distraksi digital, turnamen ini menjelma ruang temu—sekaligus ruang belajar bagi banyak anak muda PALI.

Pertandingan hari itu belum final. Kamis, 24 Juli mendatang, laga akan dilanjutkan. Tiga tim terbaik akan membawa pulang piala dan uang pembinaan—hadiah sederhana, namun cukup menjadi cerita yang bisa mereka bawa pulang ke rumah, ke kampus, dan ke masa depan.

Nestapa Honorer di Bumi Serepat Serasan Yang Terbuang Setelah Mengabdi

Di penghujung laga, tak ada teriakan kemenangan yang berlebihan. Hanya saling rangkul di garis tengah lapangan. Beberapa tim saling menghibur, sebagian lain sudah berjanji akan mencoba lagi tahun depan.

Bagi Husen dan rekan-rekannya di HIMAPALI, semua keringat di lapangan adalah penanda bahwa semangat muda PALI masih hidup. Mungkin di luar sana, tidak banyak yang tahu siapa juara Legacy Fest. Tapi di Lapangan Mire hari itu, semua yang bermain, mendukung, dan berteriak, adalah pemenang.(Red-TD).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *