Artikel: Opini. Oleh : Redaksi TD.
Di negeri ini, kekuasaan kerap berputar di antara lingkaran kekuasaan itu sendiri. Berpindah tangan dari satu elit ke elit lain, seringkali dengan slogan manis “untuk rakyat”, meski di meja rapat, kepentingan rakyat justru kerap dikalahkan oleh kepentingan golongan.
Realitas ini bukan cerita baru. Dalam banyak kasus, kebijakan publik yang semestinya menyejahterakan justru lebih sering disusupi kepentingan segelintir orang. Rakyat hanya jadi angka statistik disebut saat kampanye, dilupakan setelahnya. Akibatnya, keadilan yang seharusnya tegak justru goyah di bawah tekanan kepentingan yang lebih nyaring.
Lalu, siapa yang jadi korban? Jawabannya selalu sama, rakyat kecil. Mereka yang minim akses, minim kuasa, minim perlindungan. Mereka yang suaranya tercekat oleh bisingnya janji-janji pembangunan. Mereka yang sering hanya bisa menggigit jari ketika kebijakan berbalik arah, berpihak pada pemilik modal, bukan pada pemilik kedaulatan sejati: masyarakat.
Di sinilah pertanyaan besar lahir, bagaimana agar keadilan tidak hanya jadi jargon kosong? Bagaimana agar pusaran kekuasaan tak lagi meminggirkan mereka yang seharusnya diutamakan?
Solusi tak bisa setengah hati. Butuh pembenahan menyeluruh. Penegak hukum harus bersih, berani, dan netral. Pengawasan publik harus hidup dan diberi ruang. Media harus bebas dari kepentingan politik dan korporasi. Di atas semua itu, butuh pemimpin berintegritas yang rela kehilangan jabatan daripada menggadaikan keadilan. Yang tidak hanya butuh Pencitraan semata.
Sudah saatnya rakyat tak lagi sekadar objek, tetapi menjadi subjek. Suara rakyat harus hadir di setiap meja perumusan kebijakan, bukan hanya di bilik suara lima tahun sekali. Edukasi publik tentang hak dan kewajiban mutlak dilakukan agar rakyat berani menuntut yang benar-benar menjadi haknya.
Keadilan memang tidak lahir begitu saja. Ia lahir dari kesadaran kolektif, keberanian melawan praktik kotor, dan komitmen menjaga marwah demokrasi tetap murni. Pusaran kekuasaan boleh tetap berputar, tapi biarlah keadilan tetap berdiri tegak di pusatnya agar tak ada lagi rakyat yang jadi korban.
Keadilan bukan barang mewah. Keadilan adalah hak semua.
