Identitas Tengkorak di Semak Belukar Terungkap: Tangisan Sun Feu Khi untuk Sang Kakak, Pun Po

Identitas Tengkorak di Semak Belukar Terungkap: Tangisan Sun Feu Khi untuk Sang Kakak, Pun Po

Peristiwa
Spread the love

Mempawah — Misteri penemuan kerangka manusia di semak belukar saat proses pemadaman kebakaran lahan di Desa Peniti Dalam I, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, akhirnya menemukan titik terang. Identitas tulang-belulang tersebut terkuak berkat pengakuan keluarga yang menguatkan dugaan aparat kepolisian. Sosok itu adalah Pun Po, pria lanjut usia yang telah dinyatakan hilang sejak Mei 2025.

Pada Sabtu, 26 Juli 2025, Kapolsek Segedong, Iptu Lodrick Taliak Hungan, mengonfirmasi bahwa kerangka manusia yang ditemukan oleh petugas pemadam kebakaran saat memadamkan api pekan lalu, diyakini kuat merupakan milik Pun Po (69), warga Kelurahan Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak.

“Identifikasi awal didasarkan pada pengakuan Sun Feu Khi, adik kandung korban, yang pernah membuat laporan kehilangan orang ke Polsek Segedong pada Mei 2025 lalu. Ia mengenali pakaian dan kacamata yang ditemukan di sekitar lokasi tulang-belulang,” ungkap Kapolsek Lodrick.

Temuan kerangka tersebut bermula dari operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Peniti Dalam I. Saat api berhasil dipadamkan di salah satu area semak, tim pemadam mencium aroma tak sedap dan menemukan sisa-sisa kerangka manusia dalam kondisi berserakan, tertutup sebagian semak dan ilalang kering. Di sekitar lokasi juga ditemukan pakaian yang sudah lapuk dan sebuah kacamata yang masih utuh.

Sun Feu Khi, yang mendapatkan informasi dari warga tentang penemuan tersebut, langsung mendatangi Polsek Segedong. Saat melihat langsung barang-barang yang ditemukan, ia tidak kuasa menahan air mata.

“Itu baju dan kacamata abang saya, saya sangat yakin. Kami sudah mencarinya berbulan-bulan, tidak ada kabar sampai akhirnya dapat berita ini,” ujar Sun Feu Khi dengan suara bergetar.

Keterangan ini semakin diperkuat oleh sang istri, yang turut datang ke Puskesmas Rawat Jalan Segedong untuk melihat langsung barang-barang tersebut. Dengan berlinang air mata, ia memastikan bahwa pakaian dan kacamata itu benar milik suaminya, Pun Po.

Dua Polisi Divonis 15 Tahun, Ragil Alfarisi Tewas Mengenaskan di Sel Polsek Kumpeh

Belum diketahui secara pasti penyebab kematian Pun Po. Namun, menurut penuturan keluarga, korban memang sempat mengalami gejala pikun dan beberapa kali pergi tanpa pamit. Mereka menduga Pun Po tersesat saat berjalan kaki dan tidak mampu kembali ke rumah.

“Abang kami memang sering jalan kaki sendirian, kadang lupa jalan pulang. Waktu itu, dia bilang mau cari daun-daunan untuk ramuan, tapi tak pernah kembali,” kenang Sun Feu Khi.

Kini, tulang-belulang yang diduga milik Pun Po tengah dalam proses penanganan lebih lanjut oleh tim forensik dan Inafis Polres Mempawah untuk identifikasi medis. Meski pihak keluarga sudah sangat yakin, namun prosedur pembuktian ilmiah tetap akan dilakukan.

Kapolsek Segedong menambahkan, pihaknya akan tetap melakukan penyelidikan untuk memastikan bahwa tidak ada unsur kekerasan atau tindak pidana di balik kematian Pun Po. Lokasi temuan juga akan dijaga untuk mencegah gangguan selama proses investigasi forensik berlangsung.

Warga sekitar menyatakan keprihatinan mendalam atas penemuan ini. Salah seorang tokoh masyarakat Desa Peniti Dalam I, Pak Ahmad, mengatakan bahwa kawasan tersebut memang kerap menjadi lintasan binatang dan orang-orang yang mencari kayu bakar.

“Kalau orang tua jalan sendiri dan sampai masuk ke situ, sangat mungkin tersesat. Tempatnya rimbun dan banyak lahan gambut, kalau jatuh atau tak bisa jalan pulang, bisa saja tidak ditemukan sampai waktu lama,” ujarnya.

Penemuan kerangka Pun Po menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan memperhatikan lansia di lingkungan sekitar, terutama mereka yang sudah mengalami gangguan daya ingat. Tragedi ini menimbulkan luka mendalam bagi keluarga, namun sekaligus menjadi akhir dari penantian panjang yang penuh ketidakpastian.

Pun Po kini telah ditemukan, meski hanya tinggal sisa tulang. Namun di balik itu, ada kelegaan dan rasa syukur dari keluarga yang akhirnya bisa mengikhlaskan dan memakamkan sang ayah, kakak, dan suami tercinta dengan layak.

Sang adik, Sun Feu Khi, menutup harinya dengan kalimat lirih di depan wartawan: “Setidaknya sekarang kami tahu abang sudah tenang, tak lagi tersesat. Ia akan pulang, bukan ke rumah, tapi ke tempat peristirahatan terakhirnya.”

Kasus ini masih dalam pengembangan pihak kepolisian. Hasil laboratorium forensik akan menjadi bukti akhir untuk memastikan identitas korban secara ilmiah, sekaligus menyingkap apakah ada unsur kekerasan atau kecelakaan dalam kejadian ini.(TD).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *