Berang-berang, dalam bahasa Inggris disebut otter, adalah salah satu mamalia semi-akuatik yang punya daya tarik tersendiri di mata peneliti dan pecinta satwa liar. Hewan ini memiliki keunikan fisik dan perilaku sosial yang membuatnya bukan hanya menggemaskan, tetapi juga penting bagi keseimbangan ekosistem perairan.
Berang-berang umumnya hidup di daerah perairan tawar seperti sungai, danau, rawa, atau hutan bakau. Beberapa spesies, seperti sea otter, justru menetap di perairan laut dangkal di pesisir pantai berbatu. Di Indonesia sendiri, berang-berang liar dapat ditemukan di Sumatra, Kalimantan, Jawa, hingga Papua.
Hewan ini terkenal dengan perilaku sosialnya yang unik. Salah satu momen yang sering memikat orang adalah kebiasaan berang-berang berpegangan tangan atau saling kait saat mengapung di air. Tujuannya sederhana: agar mereka tidak terpisah terbawa arus. Kebiasaan ini menandakan sifat sosial yang erat dalam koloni berang-berang, yang umumnya terdiri dari pasangan induk dan anak-anaknya.
Berang-berang adalah pemangsa oportunistik. Makanan utamanya adalah ikan, kepiting, udang, kerang, bahkan amfibi kecil. Dengan kaki berselaput, tubuh ramping, dan ekor pipih, mereka adalah perenang ulung. Mereka bisa menyelam dengan gerakan nyaris tanpa riak, memudahkan mendekati mangsa secara diam-diam. Beberapa spesies, seperti sea otter, bahkan terkenal cerdas menggunakan batu sebagai alat untuk memecah cangkang kerang.
Hewan ini berburu secara soliter atau berkelompok kecil. Mereka memiliki bulu yang rapat dan tahan air, menjaga suhu tubuh tetap hangat meski berlama-lama di air dingin.
Dibandingkan predator perairan lain, seperti musang air atau linsang air, berang-berang lebih adaptif di air karena anatomi tubuhnya yang didesain untuk berenang cepat dan lincah. Kecerdasan berang-berang juga terbilang di atas rata-rata mamalia sejenis; kebiasaan menggunakan alat bantu, berburu berkelompok, hingga sistem komunikasi vokal dan isyarat fisik menunjukkan tingginya kemampuan belajar dan bersosialisasi.
Namun, di balik kelebihannya, berang-berang juga rentan. Populasi berang-berang banyak terancam oleh perusakan habitat, pencemaran air, perburuan ilegal untuk diambil bulunya, serta konflik dengan manusia, terutama nelayan. Karena bergantung pada kualitas air dan ketersediaan ikan, kerusakan sungai membuat berang-berang sulit bertahan.
Kehadiran berang-berang sebenarnya membawa banyak manfaat ekologis. Mereka adalah indikator kualitas air alami; bila sungai dihuni berang-berang, artinya ekosistem sungai tersebut sehat dan ikan melimpah. Dengan memangsa ikan lemah atau sakit, berang-berang juga membantu menjaga populasi ikan tetap seimbang.
Dampak negatifnya muncul ketika habitat mereka tumpang tindih dengan kawasan budidaya perikanan. Di beberapa tempat, berang-berang kadang dianggap hama karena memakan ikan yang dibudidayakan nelayan.
Melihat keunikan, peran ekologis, sekaligus tantangan yang dihadapi, berang-berang layak menjadi perhatian bersama. Upaya konservasi, pelestarian habitat, hingga edukasi publik penting dilakukan agar generasi mendatang masih bisa melihat hewan lucu yang suka berpegangan tangan ini mengapung tenang di aliran sungai. Karena di balik kelucuannya, berang-berang adalah penjaga sungai yang tak tergantikan…
#Konservasi #BerangBerang #SatwaLiar #EkosistemSungai
